Foto Ilustrasi: lintasjatim.com

"Siapa yang tidak menyadari akan agungnya nikmat ketika nikmat itu ada, maka Allah akan memberitahukannya akan betapa berharganya nikmat itu ketika nikmat itu hilang dan tiada" - Ibnu Athaillah

Sering kali kita (lebih tepatnya saya sendiri) lupa bersyukur akan kenimkatan yang Allah berikan. Kita sering menganggap ambegan, kedep, wahing, turu mirang-miring, kencing, kentut, dan bab adalah hal biasa. Suatu hal lumrah yang pasti dialami oleh manusia pada umumnya.
 
Padahal jika dipikir-pikir, yang sudah saya sebut diatas merupakan cabang kenikmatan luar biasa yang perlu kita syukuri. Harus disyukuri.
 
Coba bayangkan ada orang yang nggak bisa kedep alias melolo terus. Bayangkan orang yang hanya bisa tidur terlentang, betapa panas boyoknya. Bayangkan kalau saya nikahnya sama kamu, yo nda mampu, aku dudu sepek idamanmu~ :(
 
Ambegan slentab-slentib 3 hari saja kadang sambatnya luar biasa. Ambegan tidak lancar karena pilek saja kadang sambatnya sampe ke manca negara alias dipost public di sosial media. Ini baru masalah ambegan yang kurang lancar, belum lagi hal-hal yang tidak lancar lainnya.
 
Dawuh dari Ibnu Athaillah diatas baru bisa kita pahami dan sadari ketika kenikmatan itu sudah bener-bener hilang dan tiada. ya Allah...
 
Kita cenderung lebih sering mensyukuri sesuatu yang nampak, mensyukuri sesuatu yang berupa materi. Ketika mendapat traktiran gratis kita akan mengucapkan "terima kasih" atau "alhamdulillah mangan gratis...". Hal seperti ini memang bisa menjadi bentuk rasa syukur karena telah mendapat sesuatu dengan gratis (suatu kenikmatan), tapi hanya sebatas syukur formalitas.
 
Hah? Syukur formalitas, maksudnya? Maksudnya kita hanya akan bersyukur dengan mengucap alhamdulillah ketika mendapatkan sesuatu. Dan ketika tidak mendapatkan apa-apa, kita lupa. Lupa untuk mensyukuri setiap detik nikmat dan ribuan anugerah yang Allah berikan.
 
Terus syukur yang sebenarnya bagaimana? Yaitu dengan mengingat nikmatnya, kemudian mensyukuri nikmatnya, lalu menggunakan nikmat tersebut untuk beribadah, menggunakan nikmat tersebut untuk meningkatkan kualitas ibadah kita kepada Allah.
 
Intinya mengembalikan dan memanjakan nikmat yang sudah Allah berikan kepada kita sebagai sarana untuk taat kepada Allah dan taqarrub ilallah. Inilah syukur hakikat, wujud syukur yang sebenarnya.
 
Coba sekarang njenengan ucapkan "Alhamdulillah" 1x
Sudah? Kalau sudah, coba sekarang ulangi lagi mengucap "Alhamdulillah" sebanyak 10x sambil mengingat-ingat nikmat apa saja yang sudah Allah berikan hari ini. :)

Semoga di bulan mulud ini kita senantiasa bisa nderek tindak lampahe Kanjeng Nabi, salah satunya "Kanjeng Nabi itu selalu menganggap agung sebuah nikmat meskipun itu nikmat yang sederhana".
 
Nikmat apa yang sudah kamu dapatkan hari ini gaes?